Tips tetap menjadi pribadi yang istiqamah
dalam kebaikan usai Ramadhan rasanya memang sangat dibutuhkan. Terlebih untuk
kita yang sering merasa cepat naik turun kadar imannya. Faktornya banyak,
contohnya karena pergaulan, lingkungan kerja, dan lainnya. Namun, yang paling
mempengaruhi adalah diri kita sendiri, kuat atau tidak serta bagaimana cara
kita bersikap.
Bulan Ramadhan memberikan kita momentum
spiritual yang kuat. Kita berpuasa, menghabiskan lebih banyak waktu untuk
beribadah, dan melakukan banyak amal kebaikan lain. Namun, setelah bulan ini
berakhir, seringkali semangat kita mulai menurun, rutinitas sibuk, godaan
duniawi, dan kurangnya suasana Ramadhan membuat kita merasa sulit untuk tetap
konsisten.
Padahal, Allah Swt. menyukai hambanya yang
istiqamah dalam beribadah, meskipun ibadah itu dilakukan sedikit, asalkan
dikerjakan secara terus menerus. Sebagaimana Rasulullah saw. bersabda, “Amalan
yang paling dicintai oleh Allah adalah amalan yang dikerjakan terus menerus
walaupun sedikit.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Ganjaran untuk orang yang istiqamah juga telah
difirmankan Allah dalam surah Al-Fussilat ayat 30, “Sesungguhnya orang-orang
yang berkata, “Tuhan kami adalah Allah,” kemudian mereka meneguhkan pendirian
mereka, maka malaikat-malaikat akan turun kepada mereka (dengan berkata), “Janganlah
kamu merasa takut dan janganlah kamu bersedih hati, dan bergembiralah kamu
dengan surga yang telah dijanjikan.””
Para ahli tafsir menjabarkan istiqamah yang dimaksud
dalam ayat ini adalah istiqamah di atas tauhid, dalam ketaatan dan menunaikan
kewajiban Allah Swt., serta istiqamah di atas ikhlas dalam beramal hingga maut
menjemput.
5 Tips Istiqamah dalam Kebaikan
Berikut lima tips menjadi pribadi yang tetap
bisa istiqamah dalam kebaikan pasca Ramadhan:
1.
Berdoa Diteguhkan Hatinya
Doa menjadi senjata. Begitulah kekuatannya,
terlebih bila kita memohonnya dengan tulus dan sungguh-sungguh kepada Sang
Khaliq.
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh
Imam Tirmidzi dan Ahmad, dinarasikan dari Ummu Salamah, beliau menceritakan
bahwa doa yang paling sering dibaca oleh Rasulullah saw. adalah,
يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ثَبِّتْ
قَلْبِى عَلَى دِينِكَ
“Ya muqollibal quluub Tsabbit qolbi alaa
diinik (Wahai dzat yang maha membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas
agamamu).”
Rasulullah saw. menambahkan kepadanya bahwa
hati manusia selalu berada di antara jari-jemari Allah. Makan, siapa saja yang
Dia kehendaki, akan diberikan keteguhan dalam iman. Pun sebaliknya.
Dalam tafsir Ibnu Katsir, setelah Ummu Salamah
menyebutkan doa tersebut, beliau pun membaca,
رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا
بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ
الْوَهَّابُ
“Ya Rabb kami, janganlah engkau jadikan
hati kami condong kepada kesesatan sesudau Engkau beri petunjuk kepada kami,
dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau, karena sesungguhnya
Engkaulah Maha Pemberi (karunia).” (QS.
Ali Imran: 8).
Baca juga: Mendahulukan Qadha Puasa, Lalu Puasa Syawal | YDSF
2.
Beramal dengan Ikhlas
Segala sesuatu bermula dari hati. Untuk bisa
terus istiqamah meskipun Ramadhan telah usai, perlu keikhlasan dalam setiap
melakukan amalan.
Ikhlas
tidak hanya dimulai ketika bulan Ramadhan hampir usai saja, bahkan jauh sebelum
masuk bulan tersebut. Di mana saat seorang hamba ikhlas beramal karena Allah
Swt. maka Allah yang akan memberi balasan, salah satu balasannya yakni Allah
akan meringankannya untuk terus melakukan kebaikan.
Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata, “Segala
sesuatu yang tidak didasari ikhlas karena Allah, pasti tidak bermanfaat dan
tidak akan kekal.” Sedangkan para ulama juga memiliki istilah lain, “Segala
sesuatu yang didasari Ikhlas karena Allah, pasti akan langgeng.”
3.
Merutinkan Puasa Sunah
Ibadah yang paling identik dengan Ramadhan
adalah puasa. Ya, karena di bulan suci ini puasa menjadi hal yang wajib bagi
seorang Muslim. Bagaimana ketika telah selesai Ramadhan? Apakah lantas kita
tidak berpuasa sepanjang waktu hingga bertemu Ramadhan kembali?
Begitu indah Islam memberikan banyak cara agar
umatnya mampu meraih kemuliaan. Salah satunya adalah dengan adanya puasa sunah
yang dapat kita tunaikan dalam berbagai kesempatan. Seperti puasa sunah Senin
dan Kamis, puasa sunah Daud, ayyamul bidh, dan berbagai puasa sunah lain
yang telah diajarkan oleh Rasulullah saw. Tentu, selain puasa sunah kita juga
harus memastikan bahwa hutang puasa Ramadhan baik dalam bentuk qadha maupun
fidyah telah tuntas dilunasi.
Usai Ramadhan, kita dapat memulai puasa sunah
dengan menunaikan puasa Syawal. Dinarasikan dari Abu Ayyub Al-Anshari,
Rasulullah saw. bersabda, “Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan kemudian
berpuasa enam hari di bulan Syawal, maka dia berpuasa seperti setahun penuh.”
(HR. Muslim).
Tidak hanya untuk melatih diri, puasa sunah
sejatinya juga menjadi salah satu cara kita untuk dapat melatih syukur, hingga
bersabar.
4.
Rajin Muhasabah
Setiap perjalanan istiqamah dalam kebaikan,
ada baiknya kita dampingi dengan selalu menginstropeksi diri. Atau dalam
bahasanya kita mengenal istilah muahasabah. Karena muhasabah menjadi salah satu
ciri orang yang beriman dan bertaqwa.
Baca juga: Allah Lebih Melihat Keikhlasan | YDSF
Sebagaimana Allah Swt. berfirman, “Hai
orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri
memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertaqwalah
kepada Allah, sesungguhnya Allah maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
(QS. Al-Hasyr: 18).
Muhasabah dapat dilakukan dengan memulai
megoreksi diri dari kelalaian amalan wajib, hal-hal buruk apa yang telah
dilakukan, hingga kemudian bertaubat, mengoreksi niat, dan berkomitmen untuk
tidak mengulangi keburukan di masa lalu.
5.
Memilih Teman yang Shalih
Rasulullah saw. bersabda, “Permisalan teman
yang baik dan teman yang buruk ibarat seorang penjual minyak wangi dan seorang
pandai besi. Penjual minyak wangi mungkin akan memberimu minyak wangi, atau
engkau bisa membeli minyak wangi darinya, dan kalaupun tidak, engkau tetap
mendapatkan bau harum darinya. Sedangkan pandai besi, bisa jadi (percikan
apinya) mengenai pakaianmu, dan kalaupun tidak engkau tetap mendapatkan bau
asapnya yang tak sedap.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Begitu jelas Rasulullah saw. memberikan
gambaran tentang pergaulan seseorang. Oleh karenanya, bila kita ingin menjadi
pribadi yang dapat terus istiqamah dalam kebaikan, memilih teman dan lingkungan
yang shalih menjadi salah satu kuncinya. Kita akan lebih mudah mengerjakan
kebaikan, bilakita berada di lingkungan yang mendukung kita untuk melakukannya.
(berbagai sumber).
Wakaf di YDSF
Artikel Terkait
Pesan Rasulullah Saw. Untuk Umat Muslim Jelang Akhir Zaman | YDSF
ZAKAT DAN PAJAK | YDSF
Mendahulukan Qadha Puasa, Lalu Puasa Syawal | YDSF
KEJAR BERKAH, RUTIN SEDEKAH | YDSF
Garage Sale, SD Al-Hikmah Tanamkan Rasa Empati dan Jiwa Wirausaha Kepada Siswa
PERBEDAAN ZAKAT, INFAQ, SEDEKAH, DAN WAKAF | YDSF